Tari Laweut
Tari
Laweut
adalah tari yang berasal dari Aceh Laweut
berasal dari kata Selawat, sanjungan yang ditujukan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W. Sebelum
sebutan laweut dipakai, pertama sekali disebut Akoon (Seudati Inong). Laweut
ditetapkan namanya pada Pekan Kebudayaan Aceh II (PKA II). Tarian ini berasal
dari Pidie, dan
telah berkembang di seluruh Aceh.
Gerak
tari ini, yaitu penari dari arah kiri atas dan kanan atas dengan jalan gerakan
barisan memasuki pentas dan langsung membuat komposisi berbanjar satu,
menghadap penonton, memberi salam hormat dengan mengangkat kedua belah tangan
sebatas dada, kemudian mulai melakukan gerakan-gerakan tarian.
Tari Rapai Gaboh
Penampilan
rapai daboih, titik utamanya adalah pada kemahiran spritual dalam menggunakan
senjata tajam dengan berbagai ketangkasan yang cukup menegangkan dan
mendebarkan. Pada rapai daboh yang dipertandingkan (Urouh) setiap pihak minimal
satu kuru (12 rapai) dan maksimal 5 kuru (60 buah rapai). Pihak-pihak yang
bertanding membentuk lingkaran dan diatara kedua pihak dibuat tanda batas.
Ditengah - tengah pemain ada seorang khalifah mengangkat tangan tinggi -
tinggi, terdengarlah teriakan melengking yang diikuti dengan suara tabuhan,
secara serentak, yang dilanjutkan dengan zikee (salam selamat datang).
Pada
saat - saat pukulan rapai dimulai cepat, tampilan para pemain debus dengan
kemahiran dan keberanian yang cukup tinggi dalam menggunakan senjata tajam dan
membakar diri dengan api yang membuat setiap penonton menahan nafas. Apabila
ada pemain debus yang mengalami cedera atau luka dalam atraksi tersebut,
(karena kesalahan dalam memukul rapai, atau pihak lain yang ingin mencoba
ketinggian ilmunya) Khalifah akan segera turun tangan, dengan hanya menyapu
bagian yang terluka dengan tangan khalifah, darah akan segera berhenti mengalir
dan dengan serta merta luka itupun lenyap seketika.
Pertunjukan
bercanda dengan maut ini biasanya berlangsung sampai dini hari atau menjelang
subuh.